Senin, 13 September 2010

Negeriku saat ini...

Maluku, merupakan daerah kepulauan yang kaya dengan potensi alam yang sangat berlimpah. Kekayaan laut dan hasil hutan yang tidak terkira. Daerah bekas penjajahan daerah portugis ini merupakan penghasil rempah-rempah pada waktu zaman penjajahan. Begitu berharganya kepulauan ini sehingga kaum penjajah datang berlomba-lomba untuk mengeruk kekayaan hasil alamnya. Hal ini membangkitkan semangat dari putera daerah untuk bersatu dengan tujuan untuk membebaskan negeri ini dari sebuah bentuk penjajahan belanda yang jelas terjadi. Berbagai macam upaya dilakukan dengan mengorbankan harta dan nyawa hanya untuk pengakuan dan kebebasan pulau ini. Tetapi setelah merdeka dan negeri ini ditinggalkan oleh kaum penjajah, masyarakat pun sebenarnya belum sebenarnnya terbebas dari bentuk penindasan. Maluku yang sampai saat ini masih terkenal dengan kekayaan alamnya hanya dijadikan sebagai gudang penghasil rempah-rempah. Masyarakat saat ini belum sepenuhnya merdeka, mereka terhegemoni dengan berbagai macam argumen penguasa-penguasa yang menindas secara diam-diam walaupun masyarakat tidak merasakannya secara nyata. Ketika penindasan ini mulai mereka rasakan, mereka hanya mampu untuk duduk terdiam dengan ketakutan menyuarakan suara hati mereka karena uang yang berkuasa. Orang yang dapat bertahan dan didengar argumen hanyalah merupakan argumen dari kaum penguasa yang memiliki uang dan rakyat hanya dapat melihat arus perpolitikan yang dimainkan dan semakin tidak jelas arahnya karena berbagai macam kepentingan yang bermain. Entah kapan hal ini akan berakhir. Berbagai macam kasus yang terjadi tetapi seakan-akan hukum dibangsa ini tidak mampu untuk menyentuhnya karena mereka yang terlibat memiliki status yang tinggi.
Apa yang sebenarnya terjadi ??
Ketika kecil, ada ikatan pela gandong yang sangat dibanggakan negeri ini tetapi lambat laun adat ini sudah mulai tergeser pemahamannya, adat yang dulunya begitu dibanggakan dan dihormati, adat yang mencerminkan persaudaraan suku-suku dinegeri ini. Tetapi saat ini, itu mungkin hanya menjadi simbol euforia sesaat anak negerimu, kini kaum tertentu mulai berkuasa yang dipertimbangkan bukan merupakan kesejahteraan rakyat tetapi saling mengklaim suku yang satu dengan suku yang lain. Ibaratnya Hukum rimba yang berlaku, siapa yang kuat dia yang menang.
hmm, daerah kepulauan ini yang kaya dengan beraneka macam budaya dari satu daerah dan daerah yang lain sempat terpecahkan ketika anak negerimu saling bertikai tahun 1999, negeri ini menjadi lumpuh karena pertikaian antar agama yang meluluh lantakkan negeriku, terbangun benteng amarah yang sangat besar antar golongan tetapi semuanya itu runtuh sejalan dengan waktu yang berputar, benteng amarah itu runtuh dengan kesadaran dari anak negerimu akan ikatan persaudaraan pela gandong yang telah dibangun sejak zaman nenek moyang. Tetapi kenapa hal ini tidak juga membangkitkan semangat dari kaum penguasa untuk berjuang dalam mensejahterakan negeri ini. Membangkitkan dan membuat sesuatu yang beda, mengoptimalkan pemanfaatan hasil alam yang kita miliki untuk mencerdaskan anak negeri yang dibekali dengan idealisme dan moral yang berorientasi hanya untuk kesejahteraan rakyat.
Anak-anak kecil yang seharusnya mendapatkan pendidikan dengan fasilitas yang layak belum juga terealisasikan sedangkan standar kelulusan yang diterapkan bangsa ini tidak juga ada pengecualian bagi daerah ini. Penyamarataan standar kelulusan dengan daerah-daerah lain yang maju dengan fasilitas pendidikan yang serba lengkap semakin menambah rasa ketidakadilan yang diterapkan. Tidak heran ketika pengumuman kelulusan diumumkan, ada 1 sekolah yang seluruh siswanya tidak lulus. Kurikulum memang diterapkan sama seluruhnya tetapi apakah fasilitas buku-buku yang diterapkan telah sama dengan sekolah dari daerah-daerah yang telah mengalami kemajuan ?
Bukan mau meremehkan kemampuan anak-anak dari negeriku, semangat mereka untuk mendapatkan pendidikan sudah tidak dapat diragukan, jalan dengan jarak berkilo-kilometer tidak pernah melunturkan semangat mereka, berjalan kaki dari subuh sampai matahari terbit tidak pernah melahirkan keluh kesah di hati mereka, tetapi sekali lagi langkah dan semangat mereka harus terhenti ketika kemampuan perekonomian tidak mampu mengikuti keinginan mereka untuk menjadi orang cerdas dan melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi. anak-anak yang terlahir sebagai putera daerah di negeri yang kaya ini serasa sebagai orang-orang yang menumpang dan tidak dapat mencicipi hasil alam negerinya yang begitu berlimpah, keinginan untuk menjadi cerdas dan tulus untuk membangun negeri ini hanya dapat menjadi menjadi angan-angan belaka, hanya 1 dari sekian banyak anak yang dapat mencapai mimpi itu. Ketika mereka sudah dewasa, mereka hanya dapat menjadi pengawal dari orang-orang tertentu, cukup ironi ketika melihat putera daerah yang ditindas dinegerinya sendiri dalam diam mereka hanya dapat menatap negeri ini yang semakin tertindas walaupun tidak secara terang-terangan seperti zaman penjajahan tetapi penindasan ini sebenarnya tidak berbeda jauh. Hal ini telah menjadi semacam lingkaran setan yang cukup sulit untuk dirubah.
Negeriku yang damai, negeri yang kurindukan dan kubanggakan hanya dapat diam membisu melihat penindasan akan putera puteri daerahmu yang belum juga kunjung selesai, entah kapan hal ini akan selesai…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar